Siang mentari panas berterik
Menghujam tajam menembus kulit
Sang hawa seakan enggan bersua
Bersembunyi diri di balik dedaunan
Peluh bercucur menyusur kening
Raga seakan malas berkutik
Lelah ia karna terbakar sang terik
Tak mampu berbuat pun bergeming
Kuatnya keserakahan manusia yang rapuh
Pemberian yang kuasa selalu dikeluh
Hanya jalan pintas yang ingin ditempuh
Menjauhi segala cara yang utuh
Tanpa harkat dan martabat
Manusia tak mau lagi bertobat
Seakan lupa siapa Tuhannya
Mengagungkan dunia yang mereka punya
Sungguh...
Betapa malu akan manusia angkuh
Bagai burung besar di paruh
Hanya ingin semua terengkuh
Tanpa berpikir kepada mereka yang butuh
Tegaknya kembali hukum rimba
Kepada yang lemah tiada pun rasa iba
Semua bagai serigala berbulu domba
Demi emas segala cara dicoba
Semua yang terjadi berujung sesal
Manusia sendiri yang menambah dosa asal
Timbul lagi segala hati yang kesal
Berakhir di meja hijau berkawan pasal
"Kumpulan Puisi Perjalanan Hidupku" adalah sebuah blog yang memuat puisi-puisi asli karya Faustina Chandra. Puisi-puisi ini ditulis berdasarkan kisah-kisah nyata yang dialami oleh Faustina selama perjalanan hidupnya. Semoga kalian menikmati. :)
Senin, 09 Januari 2012
Harapan Baru
Lelah sudah hati ini dalam kekecewaan
Tergoyah segala macam badai cobaan
Tak mampu lagi tuk terus bertahan
Hadapi dunia yang penuh beban
Sedikit peluh yang mungkin masih tersimpan
Tak berdaya tanpa kekuatan
Tak ada mampu kini ku ikhlaskan
Seluruh jiwa, raga, dan harapan
Sekarang mata menatap ke depan
Tekad bulat jiwa berperan
Menghasut raga untuk merengkuh impian
Beriring doa kepada Tuhan
Lelah ini sirna perlahan
Setetes semangat baru muncul menggantikan
Dihadapkan dengan segala pilihan
Yang akan selalu setia mendampingi kehidupan
Tergoyah segala macam badai cobaan
Tak mampu lagi tuk terus bertahan
Hadapi dunia yang penuh beban
Sedikit peluh yang mungkin masih tersimpan
Tak berdaya tanpa kekuatan
Tak ada mampu kini ku ikhlaskan
Seluruh jiwa, raga, dan harapan
Sekarang mata menatap ke depan
Tekad bulat jiwa berperan
Menghasut raga untuk merengkuh impian
Beriring doa kepada Tuhan
Lelah ini sirna perlahan
Setetes semangat baru muncul menggantikan
Dihadapkan dengan segala pilihan
Yang akan selalu setia mendampingi kehidupan
Kesepian
Alunan kesepian menemani malamku yang sendiri
Melamun merenung tak tentu arti
Ingin ku pergi mencari hati
Karna tak sanggup diriku terus menanti
Hari hari t'lah ku lewati
Tanpa hadirmu kini di sisi
Akankah hatiku hampa kembali
Tanpa seorang pun yang ku miliki
Ingin rasanya ku terbang tinggi
Pergi ke awan bersayap cahaya mentari
Harapan kosong akan hadirnya pemikat hati
Yang mampu setia hingga degup jantung terhenti
Mungkin hanya ini yang dapat ku beri
Untaian kata dalam sebuah puisi
Berisi penantian kekasih pujaan hati
Yang s'lalu mengalun seiring denyut nadi
Melamun merenung tak tentu arti
Ingin ku pergi mencari hati
Karna tak sanggup diriku terus menanti
Hari hari t'lah ku lewati
Tanpa hadirmu kini di sisi
Akankah hatiku hampa kembali
Tanpa seorang pun yang ku miliki
Ingin rasanya ku terbang tinggi
Pergi ke awan bersayap cahaya mentari
Harapan kosong akan hadirnya pemikat hati
Yang mampu setia hingga degup jantung terhenti
Mungkin hanya ini yang dapat ku beri
Untaian kata dalam sebuah puisi
Berisi penantian kekasih pujaan hati
Yang s'lalu mengalun seiring denyut nadi
Tangis
Sepi...
Diriku hanya berteman butiran air mata
Mereka telah coba kuhentikan
Namun membangkang ingin keluar
Entah alasan apa yang ingin ku buat
Mereka berontak
Sungguh
Tak berdaya jiwaku ini tuk mencegah lagi
Segala rasa yang menjadi satu
Lelah hati ini tuk menahan
Puisi Kesepian
Apa gerangan yang terjadi pada diriku kini
Perasaan selalu tak menentu
Hanya penuh rasa gundah
Tiada mampu berpikir normal lagi
Hilang
Terasa kosong dalam benakku ini
Tapi entah apa itu
Aku tak sanggup tuk pahami
Segala pikiran berkecamuk dalam otak ku
Terlintas sesaat
Dan cepat-cepat pergi
Tak sempat bagi ku mengejarnya
Ingin ku menangis
Terjerat siksaan sepi ini
Tak seorang pun ada untukku
Jiwa ini kering dan telah rapuh
Hingga tak kuasa menahan sayatan ini lagi
Sungguh
Saat ini ku mengharap
Seseorang hadir dalam relung jiwaku
Untuk menemani sepiku ini
Untuk mengisi kekosongan dalam lubang di hati
Perasaan selalu tak menentu
Hanya penuh rasa gundah
Tiada mampu berpikir normal lagi
Hilang
Terasa kosong dalam benakku ini
Tapi entah apa itu
Aku tak sanggup tuk pahami
Segala pikiran berkecamuk dalam otak ku
Terlintas sesaat
Dan cepat-cepat pergi
Tak sempat bagi ku mengejarnya
Ingin ku menangis
Terjerat siksaan sepi ini
Tak seorang pun ada untukku
Jiwa ini kering dan telah rapuh
Hingga tak kuasa menahan sayatan ini lagi
Sungguh
Saat ini ku mengharap
Seseorang hadir dalam relung jiwaku
Untuk menemani sepiku ini
Untuk mengisi kekosongan dalam lubang di hati
Senja di Loyola
Desir angin menghembus ganas
Bagai ingin segera pergi
Lari terbirit tinggalkan sang mentari
Sepi sendiri di balik awan
Kini bagai mati suri
Hati jiwa tak bernyawa
Kosong melompong berisikan duka
Hanya tinggal ampas saja
Diriku terdiam
Tak tentu pikirkan kenyataan
Belum siap hadapi kehidupan
Hanya berteman kesepian
Angin senja
Karena dia aku ada
Karena hatinya aku bertahan
Sampai akhir masa ku tiba
Bagai ingin segera pergi
Lari terbirit tinggalkan sang mentari
Sepi sendiri di balik awan
Kini bagai mati suri
Hati jiwa tak bernyawa
Kosong melompong berisikan duka
Hanya tinggal ampas saja
Diriku terdiam
Tak tentu pikirkan kenyataan
Belum siap hadapi kehidupan
Hanya berteman kesepian
Angin senja
Karena dia aku ada
Karena hatinya aku bertahan
Sampai akhir masa ku tiba
Seorang Diri
Detak jarum jam mengalun anggun
Seiring langkah lambat nan laun
Terduduk diam di kursi ayun
Beralas rindu beratap daun
Sepi dan gemuruh kalbu
Berkehendak hati akal tertipu
Jiwa usang lusuh berdebu
Hanya mengendap tanpa tersapu
Seiring langkah lambat nan laun
Terduduk diam di kursi ayun
Beralas rindu beratap daun
Sepi dan gemuruh kalbu
Berkehendak hati akal tertipu
Jiwa usang lusuh berdebu
Hanya mengendap tanpa tersapu
Puisi Rindu
Menanti waktu berdetak maju
Hanya sendiri berteman rindu
Ingin rasa ku tinggal berlalu
Namun tak sanggup nian dalam hatiku
Hanya angan yang bisa ku ajak berkawan
Duduk sendiri di hadapan altar Tuhan
Menatap iri melihat bosan
Selalu ku temui hati berjalan berduaan
Rasa lapar serasa enggan bertemu
Sepotong bakpao mulut pun tak mau
Seteguk air kerongkongan pun tak bernapsu
Hanya pahit yang tersisa merasuk kalbu
Inikah namanya cinta
Kadang manis seperti gula
Kadang pahit bagai empedu
Kadang menyembuhkan hati yang luka
Kadang menyakitkan bagi sang kalbu
Hanya sendiri berteman rindu
Ingin rasa ku tinggal berlalu
Namun tak sanggup nian dalam hatiku
Hanya angan yang bisa ku ajak berkawan
Duduk sendiri di hadapan altar Tuhan
Menatap iri melihat bosan
Selalu ku temui hati berjalan berduaan
Rasa lapar serasa enggan bertemu
Sepotong bakpao mulut pun tak mau
Seteguk air kerongkongan pun tak bernapsu
Hanya pahit yang tersisa merasuk kalbu
Inikah namanya cinta
Kadang manis seperti gula
Kadang pahit bagai empedu
Kadang menyembuhkan hati yang luka
Kadang menyakitkan bagi sang kalbu
Langganan:
Postingan (Atom)