Senin, 09 Januari 2012

Manusia Angkuh

Siang mentari panas berterik
Menghujam tajam menembus kulit
Sang hawa seakan enggan bersua
Bersembunyi diri di balik dedaunan

Peluh bercucur menyusur kening
Raga seakan malas berkutik
Lelah ia karna terbakar sang terik
Tak mampu berbuat pun bergeming

Kuatnya keserakahan manusia yang rapuh
Pemberian yang kuasa selalu dikeluh
Hanya jalan pintas yang ingin ditempuh
Menjauhi segala cara yang utuh

Tanpa harkat dan martabat
Manusia tak mau lagi bertobat
Seakan lupa siapa Tuhannya
Mengagungkan dunia yang mereka punya

Sungguh...
Betapa malu akan manusia angkuh
Bagai burung besar di paruh
Hanya ingin semua terengkuh
Tanpa berpikir kepada mereka yang butuh

Tegaknya kembali hukum rimba
Kepada yang lemah tiada pun rasa iba
Semua bagai serigala berbulu domba
Demi emas segala cara dicoba

Semua yang terjadi berujung sesal
Manusia sendiri yang menambah dosa asal
Timbul lagi segala hati yang kesal
Berakhir di meja hijau berkawan pasal

Harapan Baru

Lelah sudah hati ini dalam kekecewaan
Tergoyah segala macam badai cobaan
Tak mampu lagi tuk terus bertahan
Hadapi dunia yang penuh beban

Sedikit peluh yang mungkin masih tersimpan
Tak berdaya tanpa kekuatan
Tak ada mampu kini ku ikhlaskan
Seluruh jiwa, raga, dan harapan

Sekarang mata menatap ke depan
Tekad bulat jiwa berperan
Menghasut raga untuk merengkuh impian
Beriring doa kepada Tuhan

Lelah ini sirna perlahan
Setetes semangat baru muncul menggantikan
Dihadapkan dengan segala pilihan
Yang akan selalu setia mendampingi kehidupan

Kesepian

Alunan kesepian menemani malamku yang sendiri
Melamun merenung tak tentu arti
Ingin ku pergi mencari hati
Karna tak sanggup diriku terus menanti

Hari hari t'lah ku lewati
Tanpa hadirmu kini di sisi
Akankah hatiku hampa kembali
Tanpa seorang pun yang ku miliki

Ingin rasanya ku terbang tinggi
Pergi ke awan bersayap cahaya mentari
Harapan kosong akan hadirnya pemikat hati
Yang mampu setia hingga degup jantung terhenti

Mungkin hanya ini yang dapat ku beri
Untaian kata dalam sebuah puisi
Berisi penantian kekasih pujaan hati
Yang s'lalu mengalun seiring denyut nadi

Tangis

Sepi...
Diriku hanya berteman butiran air mata
Mereka telah coba kuhentikan
Namun membangkang ingin keluar
Entah alasan apa yang ingin ku buat

Mereka berontak
Sungguh
Tak berdaya jiwaku ini tuk mencegah lagi
Segala rasa yang menjadi satu
Lelah hati ini tuk menahan

Puisi Kesepian

Apa gerangan yang terjadi pada diriku kini
Perasaan selalu tak menentu
Hanya penuh rasa gundah
Tiada mampu berpikir normal lagi

Hilang
Terasa kosong dalam benakku ini
Tapi entah apa itu
Aku tak sanggup tuk pahami

Segala pikiran berkecamuk dalam otak ku
Terlintas sesaat
Dan cepat-cepat pergi
Tak sempat bagi ku mengejarnya

Ingin ku menangis
Terjerat siksaan sepi ini
Tak seorang pun ada untukku
Jiwa ini kering dan telah rapuh
Hingga tak kuasa menahan sayatan ini lagi

Sungguh
Saat ini ku mengharap
Seseorang hadir dalam relung jiwaku
Untuk menemani sepiku ini
Untuk mengisi kekosongan dalam lubang di hati

Senja di Loyola

Desir angin menghembus ganas
Bagai ingin segera pergi
Lari terbirit tinggalkan sang mentari
Sepi sendiri di balik awan

Kini bagai mati suri
Hati jiwa tak bernyawa
Kosong melompong berisikan duka
Hanya tinggal ampas saja

Diriku terdiam
Tak tentu pikirkan kenyataan
Belum siap hadapi kehidupan
Hanya berteman kesepian

Angin senja
Karena dia aku ada
Karena hatinya aku bertahan
Sampai akhir masa ku tiba

Seorang Diri

Detak jarum jam mengalun anggun
Seiring langkah lambat nan laun
Terduduk diam di kursi ayun
Beralas rindu beratap daun

Sepi dan gemuruh kalbu
Berkehendak hati akal tertipu
Jiwa usang lusuh berdebu
Hanya mengendap tanpa tersapu

Puisi Rindu

Menanti waktu berdetak maju
Hanya sendiri berteman rindu
Ingin rasa ku tinggal berlalu
Namun tak sanggup nian dalam hatiku

Hanya angan yang bisa ku ajak berkawan
Duduk sendiri di hadapan altar Tuhan
Menatap iri melihat bosan
Selalu ku temui hati berjalan berduaan

Rasa lapar serasa enggan bertemu
Sepotong bakpao mulut pun tak mau
Seteguk air kerongkongan pun tak bernapsu
Hanya pahit yang tersisa merasuk kalbu

Inikah namanya cinta
Kadang manis seperti gula
Kadang pahit bagai empedu
Kadang menyembuhkan hati yang luka
Kadang menyakitkan bagi sang kalbu